Filosofi Marah

Saya punya sebuah pertanyaan. “Kenapa seseorang berteriak atau mengeluarkan suara yang keras saat sedang marah?“. Biasanya saat dua orang atau lebih sedang dalam emosi marah mereka akan saling berteriak satu sama lain. Kenapa hal itu terjadi? Jawabannya menurut saya menarik.

Saat dua orang sedang marah, hati mereka menjadi “jauh“. Padahal secara fisik bisa saja mereka berdekatan. Namun marah menciptakan jarak yang menjauhkan hati mereka. Itulah mengapa mau seberapa dekat mereka secara fisik, namun ketika marah mereka akan saling berteriak dan mengeluarkan suara yang keras karena hati mereka sedang berjauhan. Hal ini berlaku sebaliknya, jika hati berdekatan maka tidak perlu suara yang keras untuk saling mendengar. Cukup dengan suara pelan mereka bisa saling mendengar.

Hal yang baru-baru ini saya pahami juga tentang marah yaitu, marah seperti domino. Ia memberikan efek beruntun dan jika tidak ada yang menghentikan ia akan terus menjalar jauh. Saat seseorang marah, jadilah “kartu yang berada diluar permainan” yang akan menghentikan permainan tersebut. Jika kita sama sama masuk dalam amarah, percayalah amarah itu akan terus berjalan semakin jauh hingga mereka yang terlibat bisa saling menyakiti. Jika salah seorang menjadi api, maka seorang satu lagi jangan jadi api juga. Itu hanya akan menciptakan api yang semakin besar. Salah seorang harus air yang dapat memadamkan api tersebut.

Begitulah kira-kira filosofi marah yang saya pahami. Saya akan menutup blog ini dengan beberapa hadist Nabi Saw. mengenai marah.

“Apabila diantara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri, duduklah! Jika marah tidak bisa hilang, tidurlah dengan posisi miring.” (HR. Ahmad)

Terima kasih telah membaca. Sampai jumpa pada blog selanjutnya!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *